Minggu, 21 Februari 2010

Wayang gedog

Ande Ande Lumut

Cerita ini sudah turun temurun dari satu generasi ke generasi  lain, terus berjalan hingga sekarang. Cerita ini sudah terkenal pada jaman Majapahit, atau mungkin jauh sebelumnya. Tokoh tokoh pelakunyapun jauh sebelum Majapahit. Cerita itu terjadi pada jaman Kerajaan Jenggala dan Kediri, dimana sebelumnya Raja Airlangga yang memerintah negeri Kahuripan, memiliki dua orang putera, yang sama sama  pantas untuk menduduki tahta menggantikan kedudukan ayahnya. Untuk menghindari perang saudara, maka negeri Kahuripan dibagi menjadi dua.  Konon Empu sakti pada jaman itu, Empu Barada terbang keangkasa dengan membawa sebuah kendi. Berisi air suci. Diangkasa itu ia mengucurkan air kendi, untuk membuat batas kedua kerajaan. Batas yang dibuat Empu Barada itu berubah menjadi sebuah sungai. Sungai itulah yang menjadi batas kedua negara, yaitu Daha di daerah Kediri dan Jenggala..

Sedangkan cerita itu sendiri bermula ketika  raja  Jenggala, Prabu Lembu Amijaya sedang memikirkan putera kesaya ngannya, Panji Asmara Bangun yang telah meninggalkan istana tanpa seorang pun mengetahui kemana perginya. Sang Prabu kemudian memerintahkan beberapa perajuritnya untuk mencari.  Demikian pula di kerajaan Kediri, sang Prabu Lembu Amiluhur juga sedang berduka, ketika puteri sulungnya bernama Dewi Sekartaji, atau Dewi Candrakirana, pergi meninggalkan Istana. Prabu Lembu Amiluhur, memerintahkan beberapa prajurit untuk mencari keberadaan puterinya.

Singkat cerita Dewi Sekartaji. Telah ikut keluarga mbok Randa Karang Wulusan. Mbok Randa Karang Wulusan, menerima seo rang anak perempuan yang mengaku bernama rara Sekar. Mbok Randa sangat senang, karena rara Sekar sangat rajin membantu semua pekerjaan mbok randa sehari hari. Mbok Randa Karang Wulusan akhirnya mengangkat rara Sekar menjadi anak angkatnya. Rara Sekar diberi nama baru Kleting Kuning (Jw. Klenthing Kuning), Sedangkan saudara saudara angkat Kleting Kuning, bernama, Kleting Merah, Kleting Biru, Kleting Ungu,  dan  Kleting Ijo. Jumlah anak Mbok Randa tiap versi berbeda, biasanya ada yang 3 orang atau lebih. Sekarang Mbok Randa Karang Wulusan mempunyai lima anak Kleting. Anak anak kandung mbok Randa Karang Wulusan sendiri, sangat malas dan selalu iri hati pada saudara barunya. Namun bagaimana juga yang namanya anak, walaupun malas dan kurang baik perangainya, Mbok Randa Karang Wulusan sangat menyayangi anak anaknya. Karena pengaruh anak anaknya, maka perhatian mbok Randa Karang Wulusan terhadap Kleting Kuning sudah berubah. Bahkan keempat anaknya ingin menyeng sara kan Kleting Kuning dan kalau perlu mengusirnya dari rumah. Sampai pada suatu hari Kleting Kuning disuruh Mbok Randa Karang Wulusan, untuk mencuci panci yang telah hitam dan bocor hingga menjadi bersih, dan tidak bocor lagi. Juga Kleting Kuning disuruh kakak kakaknya membawa keranjang. Keranjang itu disuruhnya diisi dengan air sampai penuh, dan membawanya pulang kerumah. Kleting Kuning mengiyakan permintaan simbok dan kakak kakak nya. Sesampai ditepi sungai, Kleting Kuning berusaha mencuci panci itu. Tetapi tetap saja masih hitam dan bocor. Sedangkan keranjang yang dibawanya, sudah berkali kali di isi air, tetapi tetap saja kosong, karena airnya keluar lagi dari sela sela keranjang. Hari semakin sore, namun belum juga berhasil melakukannya. Akhirnya Kleting Kuning ber ujar, barang siapa yang bisa menolongnya, kalau laki laki akan dijadikan pasangannya, sedangkan kalau perempuan akan dijadikan sahabatnya. Tiba tiba saja ada suara, yang mau menolongnya. Ketika dilihatnya kearah suara, ternyata ada seekor burung bangau sedang berdiri di belakangnya, Burung Bangau  berdiri diatas satu kakinya. Bangau Tongtong, nama nya. Ia langsung mengambil panci itu, dipegangnya dengan kaki yang satu, dan dibersihkannya dengan paruhnya yang panjang. Tiba tiba saja, panci hitam yang bocor itu, menjadi sebuah panci baru yang berkilat kilat terkena sinar matahari. Kemudian Burung Bangau Tongtong, mencoba mengisi keranjang  dengan air. Dengan paruhnya yang besar, disedotnya air sungai itu, lalu disemprotkan kedalam keranjang. Hanya dengan satu kali sedotan saja, air didalam keranjang itu, telah penuh. Kleting Kuning mengucapkan terima kasih kepada burung Bangau Tong tong, karena telah menolongnya. Tetapi burung bangau itu tidak mau menerimanya. Burung bangau, minta agar Kleting Kuning memenuhi janjinya. Kleting Kuning terperanjat. Kleting Kuning mau menerima bangau Tongtong menjadi suaminya asal Bangau Tongtong, memberikan leher dan kepalanya. Ketika Kleting Kuning akan memotong leher Bangau Tongtong, tiba tiba saja burung Bangau Tongtong berubah menjadi Batara Narada. Kleting Kuning terkejut dan minta maaf. Tetapi Batara Narada malah ber terima kasih kepada Kleting Kuning, karena Kleting Kuning telah mengembalikan ujud asli Batara Narada dari hukuman Batara Guru. Batara Narada kemudian memberi tahu, bahwa di Karang Dadapan, desa diseberang sungai ada seorang pemuda yang sedang mencari istri, Disuruhnya Kleting Kuning pergi kesana. Batara Narada kemudian memberikan sebuah pusaka sada lanang, semacam lidi daun aren, untuk menjaga diri dari berbagai bahaya. Kleting Kuning menerima dengan senang hati pusaka pemberian Batara Narada. Sungguh ajaib, dengan membawa sada lanang, air dalam keranjang yang teramat berat itu terasa menjadi  ringan, dan dengan mudah  Kleting Kuning membawanya pulang sampai  ke rumah.


Sesampai di rumah, Kleting Kuning  masih juga mendapat marah. Mereka menyalahkan, mengapa sampai sore baru kembali ke rumah. Keesokan paginya, ada kabar, bahwa ada seorang pemuda sedang mencari istri. Ia tinggal di Karang Dadapan. Pemuda itu bernama Ande Ande Lumut, tinggal di rumah Mbok Randa Dadapan. Mbok Randa Dadapan sangat menyayangi Ande Ande Lumut, seperti menyayangi puteranya sendiri. Mbok Randa Karang Wulusan merias anak anaknya, menjadi cantik dan menarik. Setelah anak anak mereka kelihatan cantik dan menarik, merekapun pergi ke tempat pemuda itu. Tetapi Kleting Kuning tidak boleh ikut. Kleting Kuning memaksa Mbok Randa Karang Wulusan, agar ia pun di hias seperti kakak kakaknya. Mbok Randa mau ndandani Kleting Kuning, nanti kalau keempat kakak nya  sudah  menyeberang  sungai. Setelah keempat Kleting berangkat, akhirnya terhenti di tepi sungai. Tidak ada satupun perahu, atau juru tambang yang akan menyeberangkan. Mereka tak nampak lagi disini.Tiba tiba saja ada seekor Yuyu Raksasa, muncul dari permukaan sungai. Yuyu itu bernama Yuyu Kangkang. Ia sanggup menyeberangkan mereka, tetapi dengan syarat, mereka harus mau diciumnya. Mereka terpaksa menuruti kemauan Yuyu Kangkang. Sesampai di rumah Mbok Randa Dadapan, mereka disambut baik oleh Mbok Randa Dadapan. Mbok Randa Dadapan memberitahu kepada Ande Ande Lumut, ada tamu gadis gadis cantik mau menmui Ande Ande Lumut. Namun Ande Ande Lumut tidak mau turun dari rumah panggungnya. Karena ia tahu mereka telah berciuman dengan Yuyu Kangkang.

Rupanya Ande Ande Lumut tinggal di rumah panggung yang tinggi, sehingga ia dapat melihat apa yang terjadi disekitarnya.
Para Kleting pulang dengan kecewa. Sementara itu mbok randa Karang Wulusan, telah merias Kleting Kuning. Mbok Randa Dadapan mencoreng coreng wajah Kleting Kuning, dengan arang dan terasi, dan pakaian nya sudah di siram air comberan. Kleting Kuning pun pasrah. Ia berangkat ke ndesa karang ndadapan. Sesampai ditepi sungai, Yuyu Kangkang mendekati Kleting Kuning. Namun Yuyu Kangkang tidak mau. Ia tidak kuat dengan bau busuk dari pakaian Kleting Kuning. Ia berbalik kembali ke tengah sungai. Kleting Kuning ingat, ia memiliki pusaka sada lanang. Dengan sada lanang, di pukulkannya ke permukaan air. Air sugai pun langsung kering. Kleting Kuning dengan mudah melewati sungai yang telah kering. Sesampai ditepi seberang sungai, Kleting Kuning memukulkan lagi sada lanangnya kedasar sungai, dan air sungaipun kembali penuh. Sementara itu Kleting Merah, Kleting Biru, Kleting Ungu dan Kleting Ijo, bertemu di jalan. Para Kleting penasaran, apakah Kleting Kuning, yang dandanannya seperti orang gila, apakah mungkin diterima oleh Ande Ande Lumut. Mereka kembali dengan berjalan mengendap endap, jauh dibelakang Kleting Kuning. Ia ingin  tahu, apa yang akan terjadi nanti. Dilihatnya, Mbok Randa Dadapan menolak Kleting Kuning yang ingin bertemu dengan Ande Ande Lumut. Kleting Kuning minta pada Mbok Randa Dadapan untuk dipertemukan dengan Ande Ande Lumut, seperti apa yang dilakukan kepada kakak kakaknya, juga gadis gadis lain yang ngunggah ngunggahi disini. Mbok Randa Dadapan terpaksa memberi tahu kepada Ande Ande Lumut, kalau ada tamu perempuan yang ingin menemuinya. Mbok Randa Dadapan, menganjurkan sebaiknya jangan diterima, karena kelihatannya seperti orang gila.

Tiba tiba saja Ande Ande Lumut turun dari rumah panggung. Sesampai di bawah, Ande Ande Lumut memeluk gadis itu. Yang tak lain adalah kekasihnya, Dewi Candrakirana puteri Raja Kediri. Mbok Randa Dadapan merasa ketakutan, karena ia telah berbuat sewenang wenang pada Gusti Ayu Candrakirana, dan la minta maaf atas kesalahannya pada Pangeran Panji Asmara Bangun dan Dewi Candrakirana. Sedangkan para Kleting yang juga melihat kejadian ini, juga menjadi ketakutan, mereka segera pulang ke Karang Wulusan, untuk memberitahukan kejadian yang baru dilihatnya kepada Mboknya.   Pangeran Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekartaji berpamitan kepada mbok Randa Dadapan. Mereka memberikan sekedar bingkisan kepada Mbok Randa Dadapan sebagai ungkapan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya, karena telah memberi bantuan dan perhatian kepada Ande Ande Lumut, selama tinggal bersama mbok Randa Dadapan. Setelah saling bersalaman, merekapun  berpamitan. Sementara itu Mbok Randa Karang Wulusan, menjadi ketakutan, ketika mengetahui, bahwa Kleting Kuning itu Gusti Ayu Candrakirana. Ketika mereka sedang kebingungan, tiba tiba datang Pangeran Panji Asmara Bangun bersama Gusti Ayu Candrakirana telah datang kerumahnya. Mbok Randa Karang Wulusan dan ke empat anaknya, menggigil ketakutan. Candrakirana minta mereka tidak perlu takut, kedatangannya bersama Panji Asmara Bangun hanya mau berpamitan. Mbok Randa Karang Wulusan dan anak anaknya, minta maaf, karena selama ini mereka tidak mengetahui kalau rara Sekar adalah Dewi Sekartaji, atau Candrakirana. Dewi Candrakirana juga memberikan sekedar bingkisan sebagai ungkapan rasa terima kasih, atas bantuan dan perhatiannya kepada Kleting Kuning, selama menumpang di rumah Keluarga Mbok Randa Karang Wulusan. Selesai berpamitan Panji Asmara Bangun dan Dewi Candrakirana,sudah di jemput beberapa Perajurit utusan Raja Jenggala dan Kediri.Mereka tiba disini secara bersamaan, dan bertepatan waktu dengan kepulangan Pangeran Panji Asmara Bangun dan Gusti Ayu Candrakirana. Cerita ini belum bisa ditutup dengan Happy Ending. Karena cerita ini akan berulang ulang sebagai ujian cinta mereka. tentunya dalam cerita cerita yang lain.
  
Cinta Panji Asmara Bangun dan Dewi Candrakirana, beberapa kali mengalami ujian. Misalnya dalam cerita Ande Ande Lumut, Keong emas,  Panji Semirang, juga Cinde Laras, dst.

Kisah cinta yang menyakitkan hati, adalah Kisah cinta segitiga Panji Asmara Bangun dengan Candrakirana dan sepihak lagi cinta Panji Asmara Bangun dengan Angreni. Mungkin dari kisah inilah yang menyebabkan Dewi Candrakirana selalu menjauhkan diri dari Panji. Namun walaupun demikian. Panji selalu mencari Kirana kemanapun pergi. Walau berujud Kleting Kuning, Keong Emas, dst.***